Al-I’jaz : Jurnal Studi Al-Qur’an, Falsafah dan Keislaman https://jurnal.stiqsi.ac.id/index.php/AlIJaz <p>Al-I’jaz fokus pada Kajian tentang Pemikiran Keislaman terkait Al-Qur’an, Falsafah dan Isu Keislaman Klasik dan Kontemporer</p> <p>Terbit Dua Kali dalam Setahun, dengan satu kali terbit minimal 6 artikel dan maksimal 10 artikel.</p> <p>Diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur’an dan Sains Al-Ishlah (STIQSI) Sendangagung Paciran Lamongan Jawa Timur</p> Sekolah Tinggi Ilmu Al-Quran Dan Sains Al-Ishlah en-US Al-I’jaz : Jurnal Studi Al-Qur’an, Falsafah dan Keislaman 2722-1652 PEMIKIRAN SYI'AH TENTANG HADITH https://jurnal.stiqsi.ac.id/index.php/AlIJaz/article/view/84 <p><em>Hadits merupakan komponen penting dalam beragama karena hadits merupakan sumber hukum Islam yang kedua setelah Al-Qur’an. Oleh karena itu, hadits mempunyai kedudukan yang tinggi di Islam. Hadits dilihat dari caranya sampai kepada kita dapat dHadits mutawatir sendiri telah mendapatkan kesepakatan antar ulama bahwa hukumnya adalah sahih, dikarenakan banyaknya rawi yang meriwayatkan hadits. Beda halnya dengan hadits ahad, yang diperselisihkan tentang hukumnya, dan diperselihikan juga kriteria sahihnya, salah satunya tentu golongan syi’ah. Dalam tulisan kali ini penulis akan mengkaji khusus tentang pandangan syi’ah, terutama Syi’ah Zaidiyyah tentang hadits ahad beserta kriterianya melalui pandangan dari Imam al-Shaukany. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hadits ahad menurut al-Shaukany dapat dikatakan sahih apabila memenuhi 5 kriteria yaitu; sumbernya harus seorang yang mukallaf, sumbernya harus orang yang beragama Islam, sumbernya harus orang yang memiliki ‘adalah, sumbernya diharuskan memiliki kecermatan, dan sumbernya harus orang yang jujur. Syi’ah Zaidiyah ini berbeda dengan Syi’ah lainnya. Karena, dalam pandangan mereka, sahabat-sahabat lain selain Ali bin Abi Talib, masih dianggap sahabat mafdul sedangkan Ali bin Abi Talib adalah yang paling afdal. </em></p> Muhammad Arwani Rofi'i Copyright (c) 2023 Al-I’jaz : Jurnal Studi Al-Qur’an, Falsafah dan Keislaman 2023-07-01 2023-07-01 5 1 1 14 10.53563/ai.v5i1.84 MAKNA SYURA’ DALAM AL-QUR’AN DAN RELEVANSINYA TERHADAP PRINSIP–PRINSIP DEMOKRASI https://jurnal.stiqsi.ac.id/index.php/AlIJaz/article/view/93 <p><em>Syura as part of the face of Islamic democracy. Its position as a representation of the Eastern civilization system has clashed with the dynamics of the times. Democracy is a dynamic system while Syura is still struggling with its classic face. The fact is that syura is considered a product of the past and cannot accept the developments of the times, especially when compared to democracy today. Often the meaning of syura is taken from classical interpretations that are considered irrelevant to the principles of democracy today. So what is the true interpretation of syura? Can the syura interpretations in the Qur'an give birth to a representative concept? And what is the relevance of the syura interpretations to the principles of democracy? Comparatively, the need for an in-depth process to find answers to this problem. This study shows that syura is the activity of exchanging ideas and asking for good opinions from fellow stakeholders or with more trustworthy parties. Syura emphasizes the existence of maslahah and the obligation to carry out the duties of each individual. When compared to syura in classical and contemporary interpretation, the classical interpretation includes a broader understanding because it is strengthened by other supporting evidence. It is necessary to trace classical to contemporary interpretations in order to give birth to a complete concept.</em></p> Adyatama Fajar Sumini Copyright (c) 2023 Al-I’jaz : Jurnal Studi Al-Qur’an, Falsafah dan Keislaman 2023-07-01 2023-07-01 5 1 15 32 10.53563/ai.v5i1.93 KONSEP PENGUKURAN FISIKA BERDASARKAN KATA QADARA DALAM AL-QUR’AN https://jurnal.stiqsi.ac.id/index.php/AlIJaz/article/view/82 <p><em>Al-Qur’an yang tidak dapat diragukan kebenarannya dikenal sebagai sumber ilmu pengetahuan. Salah satu konsep dasar yang disampaikan dalam al-Qur’an adalah konsep ukuran, yang dapat dikaji melalui kata” </em><em>???</em><em>” yang artinya ukuran. Kata” </em><em>???</em><em>” disebutkan sebanyak 12 kali. Di antaranya adalah surat al-Mu’minu</em><em>&gt;</em><em>n/23:18 dan al-Muzammil/73:20. Penelitian ini menggunakan </em><em>pendekatan</em><em> library research atau penelitian kepustakaan dengan menelaah dan menganalisis buku-buku yang berkaitan dengan pembahasan penelitian ini. Metode yang digunakan adalah deskriptif-analitis, yaitu dengan memaparkan, menjelaskan dan menyajikan data sesuai temuan, sekaligus menganalisisnya. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa kata qadara dalam al-Qur’an belum dapat mewakili pengukuran menurut ilmu fisika. Yang mana konsep pengukuran dalam fisika itu terdiri dari nilai numerik dan nilai satuan. Namun, konsep tersebut dapat ditemui dalam al-Qur’an di lain ayat, yang tidak memuat kata qadara. Seperti pada surat al-Haqqah/69 ayat 32 yang menyebutkan kalimat “tujuh puluh hasta”. Tujuh puluh sebagai nilai numerik dan hasta sebagai nilai ukuran. </em></p> Fauziyah Auliyah Ega Maulida Najid Copyright (c) 2023 Al-I’jaz : Jurnal Studi Al-Qur’an, Falsafah dan Keislaman 2023-07-01 2023-07-01 5 1 33 49 10.53563/ai.v4i2.82 SYUKUR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN: KAJIAN TAFSIR TEMATIK https://jurnal.stiqsi.ac.id/index.php/AlIJaz/article/view/83 <p><em>Syukur jika dipahami dalam istilah bahasa Indonesia hanya bermakna “terimakasih”, namun pada hakikatnya kata syukur memiliki makna yang cukup luas jika kita gali dalam al-Quran. Kata syukur disebut sebanyak 69 kali dengan berbagai </em><em>derivasinya</em><em>. Artikel ini bertujuan untuk mengungkap makna dan hakikat syukur secara luas yang ditinjau dari perspektif al-Quran maupun hadis. Adapun metode yang digunakan adalah metode penafsiran tematik (maudhui). Penulis mengumpulkan ayat dan hadis terkait syukur, kemudian dipahami secara tekstual dan kontekstual. Jika kita telisik lebih jauh, nilai nilai</em><em> syukur</em><em> yang diajarkan dalam al Quran</em><em> menuntun manusia</em><em> untuk</em><em> lebih beriman kepada penciptanya, mengantarkan manusia pada kepekaan dan empati terhadap masalah so</em><em>s</em><em>ial yang ada di sekitarnya, bahkan meningkatkan kualitas hidup untuk kesuksesan dunia akhiratnya.</em></p> Umaiyatus Syarifah Maya Copyright (c) 2023 Al-I’jaz : Jurnal Studi Al-Qur’an, Falsafah dan Keislaman 2023-07-01 2023-07-01 5 1 50 72 10.53563/ai.v5i1.83 ISLAM DIJADIKAN DOKTRIN BERBAGAI ASPEK DALAM KEHIDUPAN MANUSIA https://jurnal.stiqsi.ac.id/index.php/AlIJaz/article/view/78 <p><em>Islam sebagai agama adalah merupakan objek atau sasaran penelitian atau kajian dalam studi Islam. Islam merupakan agama dari Allah SWT yang diturunkan melalui nabi Muhammad SAW yang menjadi sumber petunjuk dalam kehidupan di dunia ini agar berlangsung dengan baik. Ajaran Al-Quran dan hadis sangat berpengaruh bagi kehidupan manusia dimana untuk mengatur kehidupan harus ada keseimbangan (equilibrium). Dalam Islam sudah ada sejak awal diajarkan mengenai itu. Demikian hadis yang ada sejak dulu merupakan kesaksian para sahabat yang dekat dengan nabi atas perbuatan dan kesepakatan yang mulia dan agung yang dilakukan nabi Muhammad SAW yang wajib kita jadikan sebagai panutan. Islam memiliki aturan-aturan yang dikenal dengan syariat yang mengatur semua pemberlakuan yang dibolehkan atau tidak bagi penganut tersebut. Islam mengajarkan kehidupan yang dinamis dan progresif, diciptakannya akal pikiran untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, adanya kebutuhan yang seimbang antara material dan spritual. Islam juga mempunyai dua aspek, yakni segi agama dan segi kebudayaan. Dengan demikian ada agama Islam dan kebudayaan Islam, antara keduanya dapat dibedakan, tetapi dalam pandangan Islam sendiri tak mungkin dipisahkan. Dengan demikian studi Islam (kajian islam) secara harfiah (bahasa) bisa dinyatakan usaha untuk mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan agama Islam. </em></p> Fina Mulyana Nasution Copyright (c) 2023 Al-I’jaz : Jurnal Studi Al-Qur’an, Falsafah dan Keislaman 2023-07-01 2023-07-01 5 1 73 85 10.53563/ai.v5i1.78 KAJIAN ILMU MA’ANI KAIDAH INSYA’ THALABI AMR DALAM QS. AL-‘ALAQ AYAT 1 https://jurnal.stiqsi.ac.id/index.php/AlIJaz/article/view/100 <p>This paper discusses the study of one of t&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; he branches of balaghah science, namely ma'ani science which examines the first verse of Al-'Alaq, where the focus of the study of this paper uses the rules of ma'ani science, namely the rules of kalam insha' thalabi amr. The purpose of writing this paper is to provide knowledge to the reader about the insya' thalabi amr sentence, which has the meaning of news that requires the occurrence of something in the form of a command word which has a position as a rule of ma'ani science. Besides that, the discussion of this rule has various kinds based on something that has been determined through certain studies. Collecting data in this writing using literature study. The method used in this paper uses qualitative methods by taking literary sources such as balaghah science books, ulumul qur'an, related journals, interpretation of the Qur'an and so on using a descriptive analysis approach. The result of this writing is that in the letter Al-'Alaq verse 1 contains the rule insha' thalabi amr which in the content of the verse contains a command to read. Where the meaning of the order of reading is not narrowly but broadly</p> puri emilda Copyright (c) 2023 Al-I’jaz : Jurnal Studi Al-Qur’an, Falsafah dan Keislaman 2023-07-01 2023-07-01 5 1 86 101 10.53563/ai.v5i1.100